Aperture, ISO dan Shutter Speed
Pada dasarnya, kebanyakan dari kita suka sekali dengan yang
namanya memotret. Terbukti dari sekian banyak unggahan foto pada media sosial
setiap harinya. Apa lagi dengan adanya kamera smartphone, segala aktivitas bisa
dengan cepat didokumentasikan menjadi gambar digital.
Namun sayangnya banyak yang hanya asal-asalan dalam
mengambil foto, sehingga foto yang dihasilkan pun biasa-biasa aja meskipun
telah menggunakan kamera yang bagus dan mahal harganya. Yuk, kita belajar
fotografi, belajar memahami Aperture, Shutter Speed, dan ISO, supaya tahu cara
mengatur dan menggunakan kamera dengan baik dan benar. Minimal agar kita lebih
kreatif, dan agar tidak selalu menggunakan mode Auto.
Aperture
Aperture adalah ukuran
seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto. Jika kita
melihat lensa kamera, kita dapat melihat “lubang” atau pembukaan dimana
cahaya masuk melaluinya. Ketika kita mengatur aperture pada kamera, kita
akan menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang
terbuka, maka semakin banyak pula cahaya yang akan masuk kedalam sensor kamera,
begitu pun sebaliknya.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sebuah angka yang lebih rendah, seperti f/1.8, menunjukkan bukaan yang lebih lebar, dan f/22, menunjukkan aperture sempit. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil pula lubang terbuka.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sebuah angka yang lebih rendah, seperti f/1.8, menunjukkan bukaan yang lebih lebar, dan f/22, menunjukkan aperture sempit. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil pula lubang terbuka.
ISO
ISO adalah ukuran tingkat
sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO, maka
semakin sensitif sensor terhadap cahaya. Sebelum era digital dulu, ketika kita
membeli negatif film untuk kamera biasa, kita akan mendapatkan pilihan ISO 100
atau 200 untuk di luar ruangan dan ISO 400 atau 800 untuk dalam ruangan.
Dan pada era kamera digital seperti sekarang ini, ketentuan itu masih
tetap berlaku.
Keuntungan dari ISO rendah
adalah bahwa cahaya yang mewakili objek foto masuk ke sensor kamera lebih
akurat. Jadi foto yang dihasilkan lebih detil. Sedangkan ISO tinggi sangat
berguna untuk mengambil foto lebih detil pada keadaan minim cahaya tanpa
mengurangi shutter speed atau pelebaran aperture. Namun foto menjadi terlalu
terang dan kurang realistis.
Shutter Speed
Ketika kita menekan tombol shutter pada kamera memotret,
jendela aperture mengambil sejumlah waktu untuk menutup. Lamanya waktu inilah
yang dikenal sebagai shutter speed atau kecepatan rana. Lamanya waktu yang
diperlukan adalah sepersekian detik.
Jika kita ingin menangkap benda yang
bergerak cepat, maka kita memerlukan waktu paling tidak 1/300 detik. Kita dapat
menggunakan shutter speed tercepat, akan tetapi banyak situasi yang
mengharuskan kita untuk menggunakan shutter speed yang lebih lambat.
Seperti
pada situasi berikut ini: Kita ingin motion blur untuk tujuan artistik, seperti
aliran sungai yang blur, sambil menjaga segala sesuatu yang di sekitarnya
terlihat tajam dan tidak blur. Untuk mencapai hal ini, kita harus menggunakan
shutter speed yang lambat, misalnya 1/30 detik, dan menggunakan aperture yang
sempit untuk mencegah exposure yang berlebihan pada foto tersebut.
EmoticonEmoticon